Breaking News
Provinsi Bengkulu kembali menjadi sorotan dengan beragam peristiwa menarik, mulai dari pembangunan infrastruktur terbaru yang dipercepat hingga festival budaya yang sukses menarik ribuan pengunjung
Home

Emosi Sejarah dan Harapan Prabowo dan PSI dalam Panggung Politik Baru

Emosi Sejarah dan Harapan Prabowo dan PSI dalam Panggung Politik Baru

Presiden terpilih Prabowo Subianto mengungkapkan sisi emosionalnya dalam momen yang tak biasa. Dalam pidatonya saat membuka Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Solo, Jawa Tengah, Prabowo secara terbuka menyatakan bahwa dirinya merasa tersentuh setiap kali mendengar nama PSI.

“Saya sedikit emosional kalau mendengar kata-kata PSI,” ujar Prabowo dengan nada reflektif. Ungkapan itu bukan sekadar basa-basi politik.

Momen itu menjadi pengingat bahwa politik bukan hanya soal strategi dan kekuasaan, tapi juga memori, sejarah, dan warisan pemikiran.

“Terima kasih telah memilih nama PSI. Hurufnya sama, dan isinya bisa mencerminkan solidaritas sosial, nilai-nilai Pancasila,” kata Prabowo, menyambut hangat kehadiran partai muda yang sering menjadi sorotan publik karena gaya komunikasinya yang segar dan penuh kontroversi.

Kongres PSI yang digelar selama dua hari di Solo itu menjadi panggung penting untuk menetapkan arah partai lima tahun ke depan. Kaesang Pangarep, yang baru setahun terjun ke dunia politik, terpilih sebagai Ketua Umum PSI periode 2025–2030, mengalahkan dua kandidat lainnya: Ronald “Bro Ron” Sinaga dan Agus Mulyono. Kemenangan Kaesang ini menegaskan posisi politik dinasti Jokowi dalam formasi kekuatan baru di Indonesia.

Namun, di balik semua dinamika itu, pidato Prabowo menyentuh sesuatu yang lebih dalam. Ia bukan hanya datang sebagai presiden terpilih yang memberi dukungan simbolik. Ia juga datang sebagai seorang anak yang mengenang ayahnya, sebagai seorang nasionalis yang melihat benih solidaritas di tengah polarisasi politik.

Emosi Sejarah

Baca Juga : NasDem Desak Keppres Pemindahan Ibu Kota ke IKN: Gibran
Perpaduan antara nostalgia sejarah dan semangat baru ini menjadi simbol penting di tengah peta politik Indonesia yang terus berubah.

Pertanyaannya: apakah PSI mampu menjembatani dua era ini—masa lalu dan masa depan—dengan cerdas dan konsisten? Ataukah partai ini akan terjebak dalam bayang-bayang nama besar yang menaunginya?

Yang jelas, ketika seorang Prabowo bisa emosional mendengar nama PSI, publik pun patut menaruh perhatian. Sebab, di balik huruf-huruf itu, tersimpan sejarah yang dalam, dan kini, juga ambisi yang besar.

Exit mobile version