
Kasus Tewasnya Brigadir Nurhadi Misri Lady Companion yang Terseret dalam Drama di Gili Trawangan
Woha – Brigadir Nurhadi, anggota Bidpropam Polda Nusa Tenggara Barat (NTB), yang tewas di Gili Trawangan, Lombok Utara, menjadi perhatian publik belakangan ini. Nama Misri, seorang perempuan asal Jambi, muncul sebagai salah satu sosok yang terlibat dalam tragedi ini. Ia kini berstatus sebagai tersangka bersama dua anggota polisi yang juga terjerat dalam kasus ini: Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan Ipda Haris Chandra. Kematian tragis yang menimpa Brigadir Nurhadi ini pun mengguncang banyak pihak, meninggalkan berbagai tanda tanya.
Perkenalan Awal dan Undangan Liburan ke Lombok
Kuasa hukum Misri, Yan Mangandar, mengungkapkan bagaimana kliennya bisa terlibat dalam peristiwa ini. Menurut Yan, awal perkenalan Misri dengan ketiga anggota polisi itu bermula dari undangan Kompol Yogi yang mengajak Misri untuk menginap dan berpesta di Villa Tekek, Gili Trawangan, pada 16 April 2025. Pada saat itu, Misri yang sedang berada di Bali, dijanjikan bayaran sebesar Rp 10 juta untuk menemani Kompol Yogi dan beberapa anggota polisi lainnya.
Baca Juga : Timnas Putri Indonesia: Gagal ke Piala Asia 2026, Tapi Banyak Pembelajaran
Misri sendiri berprofesi sebagai lady companion (LC) atau pemandu karaoke, yang biasa bekerja di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Meski belum terlalu mengenal Kompol Yogi, hubungan mereka terjalin lewat media sosial. Yan Mangandar menjelaskan bahwa mereka sempat bertemu singkat di Jakarta pada tahun 2024, dan meski tidak akrab, keduanya tetap saling mengikuti di Instagram.
Perjalanan Menuju Gili Trawangan
Pada April 2025, Kompol Yogi kembali menghubungi Misri melalui Instagram dan mengundangnya untuk liburan ke Lombok. Setelah komunikasi via WhatsApp, Misri akhirnya sepakat dan berangkat menuju Lombok dari Bali menggunakan speedboat. Setibanya di Pelabuhan Senggigi, Misri dijemput oleh Brigadir Nurhadi yang bertugas sebagai sopir. Tak lama setelah itu, Kompol Yogi dan Ipda Haris Chandra ikut bergabung di dalam mobil tersebut, bersama dengan seorang perempuan bernama Putri, yang diketahui juga bekerja sebagai LC dan telah dipesan oleh Ipda Haris.
Kehadiran Obat Penenang dalam Perjalanan
Perjalanan mereka tidak berlangsung biasa. Selama di perjalanan, Misri dan Putri mengonsumsi obat penenang jenis riklona untuk membantu relaksasi. Misri, menurut kuasa hukumnya, mengonsumsi tiga butir obat penenang, sementara Putri mengonsumsinya dua butir. Obat-obatan ini menjadi salah satu elemen yang turut menjadi sorotan dalam penyelidikan, mengingat efeknya yang dapat memengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang, serta peranannya dalam kejadian yang berujung pada kematian Brigadir Nurhadi.
Kematian Brigadir Nurhadi: Dari Pesta ke Tragedi
Tidak lama setelah mereka sampai di Gili Trawangan, peristiwa tragis terjadi. Pada 17 April 2025, Brigadir Nurhadi ditemukan tewas dalam keadaan mengenaskan. Polisi setempat menyatakan bahwa penyelidikan telah dimulai, dan semua pihak yang terlibat mulai diperiksa lebih lanjut. Misri, yang awalnya tidak terlibat dalam konflik fisik, kini menjadi tersangka dalam kasus ini. Meskipun masih banyak detail yang harus diungkap, kehadirannya dalam perjalanan tersebut turut menambah kerumitan penyelidikan.
Komplikasi Kasus: Dua Polisi di Pecat, Misri Terancam
Mereka dinilai telah terlibat dalam tindakan yang tidak pantas dan merusak citra institusi kepolisian. Sementara itu, Misri yang hanya terlibat dalam pertemuan itu, kini menghadapi tuduhan yang semakin membebani dirinya.
Penutup: Sebuah Tragedi yang Mengundang Pertanyaan
Kasus ini menjadi cermin dari dinamika hubungan antara anggota kepolisian, perempuan yang bekerja sebagai lady companion, dan bahaya yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan mengonsumsi obat-obatan terlarang. Bagaimana peran Misri dalam kematian Brigadir Nurhadi masih menjadi misteri yang harus diungkapkan lebih lanjut oleh pihak berwenang. Di balik cerita ini, ada pertanyaan besar mengenai apa yang sebenarnya terjadi di balik pintu-pintu Villa Tekek yang hingga kini belum terjawab sepenuhnya. Tragedi ini meninggalkan banyak hal untuk dipelajari, baik bagi masyarakat maupun bagi instansi kepolisian itu sendiri.
